23 June 2009

Nasehat untuk Anggota Dewan yang Baru Terpilih (5 Seri)

Oleh : Budi Rahardjo, Anggota KOMBES, budjo_bujel@yahoo.com

Sebagai sesama warga negara, dan juga sebagai rakyat, saya berhak memberikan nasihat kepada para wakil rakyat yang telah terpilih. Saya akan menyampaikan beberapa nasihat, masukan, ‘pelatihan’ kepada para anggota dewan yang baru terpilih. Sebagian akan saya sampaikan secara ringan, guyon, dan sangat teknis. Sebagian akan saya sampaikan secara serius, dalam, substantial. Kesemuannya akan saya tulis secara serial, dan akan saya kirim secara berkala.

Saya akan menyampaikan nasihat-nasihat tersebut melalui milis ini dan juga melalui saluran lain yang bisa saya gunakan. Dan saya mempersilahkan dan juga meminta tolong kepada kawan-kawan lain untuk meneruskan nasihat-nasihat tersebut melalui saluran lain, entah itu blog, milis, situs, atau dikirim langsung ke alamat email mereka, atau mau diprint dan dikirim via post ke para anggota dewan tersebut.

Baiklah saya akan memulai dengan nasihat yang paling sederhana:

Nasehat #1 : Adab Berpakaian A la Anggota Dewan.

Pada saat kita ada di bangku SMP, kita belajar tentang Well Groomed. Itu bagian dari pelajaran PKK. Aku masih ingat, nama guru yang mengajari aku topik itu adalah Bu Rokayah, tinggal di Keboledan Kec. Wanasari Brebes yang memang dia sendiri nampak well groomed, meski nggak canti secara fisik. Well Groomed itu artinya mengurus diri secara baik. Lebih luas bisa diartikan bahwa kesan orang akan diri kita, bisa timbul dari apa yang kita kenakan. Bagaimana kita ‘membungkus badan’ kita itulah inti topik pelajaran well Groomed itu.

Dan rupanya demikian adanya. Kita takut, segan, hormat melihat sosok tentara dalam seragam loreng. Meskipun pangkatnya hanya kuning bengkok satu. Mungkin kalo ia nggak berseragam.., akupun berani menegurnya kalo ia berbuat kurang ajar. Atau bahkan akupun bisa merobohkan dia dengan kemampuan ketrampilan beladiriku. Tapi kalo dia pakai seragam..., mendingan menghindar deh...

Tapi..., kepentingan bungkus-membungkus badan itu.., memang diperlukan untk kalangan yang memang profesinya/kerjaanya berhubungan dengan penampilan. Tentara, artis, peragawan, satpam, teller bank, pramugari, atau tukang ojek.

Panjenengan sebagai anggota dewan itu sudah ada pada posisi terhormat, bukan karena keppanjenenganian panjenengan dalam membungkus badan. Posisi Panjenengan terhormat, karena Panjenengan Nyunggi Wakul. Nyunggi Wakul yang isinya Nasinya rakyat. Karena di atas kepala Panjenengan semua ada kesejahteraan rakyat yang dipertaruhkan.

Konsekwensi logis dari itu.., maka yang menjadi pusat perhatian kami, sebagai rakyat nanti dalam melihat kiprah Panjenengan semua, itu pada bagaimana keseriusan (mohon maaf) isi kepala panjenengan, curahan hati panjenengan dan keringanan tangan dan kaki panjenengan dalam mengurus kesejahteraan rakyat. Bukan pada bagaimana Panjenengan berbakaian.

Manakala kami nanti melihat penampilan panjenengan yang kelewat klimis, lebay, kami akan berpikir dan berpersepsi bahwa ke klimisan pakaian Panjenengan itu hanya untk menutupi ketidak sanggupan pikiran, hati, tangan dan kaki panjenengan untuk mengurus kemakmuran rakyat.

Oleh karena itu..., mari kita simak apa yang seharusnya panjenengan nggak kenakan sebagai anggota DPRD/DPR.

1. Stelan Jas. Jangan kenakan Jas ketika sampeyan akan ketemu rakyat. Kalo sampeyan akan ketemu investor/bupati/menjadi wali atau saksi nikahan silahkan lah pakai. Aku yakin.., ketika sampeyan mengenakan stelan jas, sampeyan nggak akan bisa konsentrasi pada kerjaan. Panjenengan akan sibuk: menjaga agar sudut jas tidak terlipat ketika duduk, panjenengan akan merasa kegerahan, mata panjenengan akan selalu mengecek pada kerapihan jas, ujung lengan baju. Otak terus akan mikir: buka kancing jas.., tutup.., buka tutup... terus demikian. Tanpa jas.., panjenengan akan tetap terhormat.

2. Stelan Safari. Pakaian jenis ini.., sekarang banyak dipakai oleh petugas kemanan. Yang gunanya untk menyembunyikan piranti tugasnya yang ada di pinggang, dibawah ketiak atau di dada (bisa pistol, bisa alat komunikasi, bisa gas beracun dsb). Ketika melihat anggota dewan memakai stelan safari (dengan asesoris kancing segede klungsu dan mengkilat-kilat), yang nampak bukan kecerdasan otaknya, bukan kelembutan hatinya, bukan keramahan senyumnya, bukan keterbukaan tangannya untk membantu. Yang nampak malahan Panjenengan sepeti petugas keamanan yang nakut-nakutin rakyat.

3. Kaca Mata Hitam. Monggo pakai kacamata Rayben pas Panjenengan sedang wisata di pantai, atau sedang nyetir ke arah timur di pagi hari atau nyetir ke barat pada saat sore hari. Tapi bukan pada saat Panjenengan melakukan Kunker. Atau pada saat menerima demo rakyat. Secara psikologis, kacamata hitam itu menghalangi ppanjenenganngan panjenengan dari realitas yang ada di masyarakat.

4. Jangan menggunakan Topi yang ada nama Panjenengan di bagian samping kiri dan ada nama partai di samping kanan. Itu akan nampak ke kanak-kanakan. Kalo panjenengan mengenakan topi semacam itu.., kami akan memiliki kesan bahwa secara psikologis, Panjenengan masih berada pada tahapan meyakinkan identitas diri panjenengan. Padahal tahap itu harusnya udah berhenti ketika sampeyan berumur 25 tahun. Kami nggak mau dilayani, diwakili, dipimpin oleh orang-orang yang masih mencari jatidirinya. Panjenengan sebagai anggota dewan adalah orang yang udah mantap kepribadiannya. Kenakan topi sesuai kebutuhan acara. Panjenengan tentu tahu kapan memakai peci hitam, kapan pakai peci haji (bagi yang udah hadi), kapan makai topi baseball, kapan bakai cethok, kapan nggak harus pakai topi. Satu tip: ketika panjenengan bertemu petani di ladang, sawah atau kebun.., bukan berarti panjenengan harus pakai topi petani/topi cethok. Itu malahan lucu. Terkesan panjenengan itu mengada-ada dan cari muka. Tapi cethok bisa sampeyan pakai ketika sedang menyamar. Melakukan perjalanan ke kampung tanpa ingin diketahui/dikenali oleh orang yang panjenengan jumpai. Mission icognito

5. Jangan gunakan jam tangan berpenunjuk jarum. Gunakan jam yang ada angkanya. Dan angkanya cukup besar. Kalo panjenengan menggunakan jam yang menggunakan jarum, panjenengan akan memerlukan waktu lebih banyak untk melihat jam. Dan itu tidak sopan ketika panjenengan ada di tengah rakyat, ketika panjenengan sedang bersama rakyat. Panjenengan akan terlihat tergesa-gesa dan seolah tidak punya waktu banyak untuk rakyat. Gunakan jam tangan yang pakai angka dan angkanya cukup besar. Panjenengan cukup melirik jam itu secara diam-diam, dan panjenengan sudah bisa tahu jam berapa. Panjenengan nggak akan nampak tergesa-gesa di hadapan rakyat.

Kalo panjenengan Muslim.., tentu kita tahu batasan berpakaian. Hanya dua kata yang bisa menggambarkan bagaimana Rasul Allah berpakaian. SEDERHANA dan SUCI. Dan suci itu maknanya bersih dari najis dan bersih pula asal-usulnya.

Dalam pelajaran PKK di SMP tentang well groomed itu, Bu Rokayah juga mengajarkan aku bahwa untuk cantik dan gagah itu bukan berarti mahal. Tapi SERASI, SEDERHANA, RAPIH dan SESUAI KEADAAN.

Itu dulu nasihat saya kepada para anggota dewan yang baru terpilih (kembali). Nasihat yang ringan. Praktis. Teknis. Tapi akan sangat-sangat mempengaruhi kinerja panjenengan. Dan saya sampaikan dengan hati tulus.
Oh iya..., silahkan nasihat ini sampeyan sampaikan juga kepada Isteri panjenengan. Saya sering sekali melihat isteri pejabat yang lebih gaya dari suaminya. Dan saya yakin rakyat tidak menyukainya.

Silakan lihat seri nasehat berikutnya.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home