23 June 2009

Nasehat untuk Anggota Dewan yang Baru Terpilih (#3)

Oleh : Budi Rahardjo, Anggota KOMBES, budjo_bujel@yahoo.com

Nasihat #3 : 5 (Lima) aspek perikehidupan manusia yang akan menjadi urusan anggota dewan.

Sampeyan akan bergabung (lebih tepatnya; di kelompok-kelompokan ) berdasarkan focus urusan yang akan dikelola. Biasanya akan ada 4 komisi yang membidangi berbagai hal aspek perikehidupan rakyat. Dari mulai urusan politik, pemerintahan, pembangunan, eknomi, social, keagamaan dll. Sampeyan nantinya boleh terkotak-kotak dalam Komisi dan juga dalam Fraksi-fraksi. Biarkanlah secara struktur organisasi kedewanan anda terkotak-kotak. Namun dalam pola pikir (mindset) sampeyan jangan ikut terkotak-kotak sedemikian rupa. Karena sesungguhnya peri kehidupan manusia itu nggak pernah bisa selesai dipandang/diurus dari sebahagian sisi saja.

Berikut ini cara yang bisa dipakai untk melihat sisi-sisi perikehidupan manusia yang kemudian nantinya terkait dengan proses-proses pembangunan yang akan sampeyan urus.
1. Aspek Fisik/infrastruktur . Kelayakan, kenyamanan, kepantasan perikehidupan manusia di dunia ini salah satunya ditentukan oleh kecukupan fasilitas atau ketersediaan sumberdaya fisik. Bangunan jalan, jembatan, gedung sekolah, rumah, tempat ibadah, rumah sakit, klinik, terminal, WC umum, taman, lapangan olah raga, listrik, telepon, alat transprotasi, dll.

2. Aspek Sosial. Seperti kita pahami.., manusia adalah mahluk sosial. Dalam dirinya ada kebutuhan untk berstruktur di masyarakat. Ada kebutuhan untuk berkumpul dan membuat aturan yang mengikat dirinya dan diri orang lain. Sehingga terbangun ketertiban sosial. Maka itu, kelembagaan- kelembagaan sosial semacam arisan, STM (serikat tolong menolong, LSM, lembagaan keswadayaan masyarakat, lembaga dan tataaturan adat, sangsi-sangsi sosial, majelis taklim dan forum keagamaan lainnya, lembaga dan tata aturan lokal, ikatan keluarga, ikatan perkawinan dll.

3. Aspek Financial. Pada masyarakat tradisional, kebutuhan sumberdaya financial mungkin belum muncul. Tapi pada masyarakat yang modern, dimana sisi-sisi kehidupannya makin kompleks, maka ada kebutuhan untuk mendapatkan dukungan financial agar apa yang mereka lakukan kemudian bisa masuk dalam kancah pasar. Karena senyatanya kita nggak lepas dari peran pasar. Ketersediaan sumberdaya financial akan mendinamisir proses-proses produksi di masyarakat. Dan masyarakat yang produktif adalah masyarakat yang mandiri. Sumberdaya financial tidak harus selalu dalam bentuk Bank. Ada banyak pilihan: usaha bersama, simpan pinjam, micro credit, credit union, arisan, telitian, jimpitan, dll. Akses ke sumberdaya financial ini akan sama pentingnya dengan issue akses masyarakat terhadapa sumberdaya alam.

4. Ketersediaan sumberdaya alam. Iya nggak iya.., manusia yang merupakan bagian dari alam, hidup tergantung pada sumberdaya alam. Kelangkaan sumberdaya alam yang bisa digunakannya akan membuat manusia mengalami paceklik. System pengelolaan sumberdaya alam yang nggak berpihak pada kepentingan masyarakat luas, akan sama dengan memisahkan sumberdaya alam dengan manusianya. Dan itu berarti kemiskinan. Itulah yeng terjadi di Brebes. Banyak rakyat berpredikat petani, tapi nggak punya lahan. Banyak rakyat tinggal di desa tapi nggak punya lahan. Akibatnya mereka merana dimana-mana. Jadi tki, jadi pelaut, jadi penarik ojek motor, ojek speda, jadi penjambret, PSK, aktivis LSM, pelayan warteg, pemilik pecel lele dan seafood di pinggir jalan raya seantero nusantara, kernet, supir dll. So.., tentu tidak harus semua orang memiliki lahan. Tapi bagaimana semua orang memiliki akses terhadap sumberdaya alam yang penting bagi daya dukung kehidupannya itu masih bisa dikelola. Dan Sampeyan anggota DPRD akan punya urusan untk itu, khususnya dalam memformulasikan aturan-aturan untuk maximizing pemanfaatan sumberdaya alam di kawasan Brebes.

5. Sumberdaya Manusia. Selain keberuntungan…, yang membedakan sampeyan, para anggota dewan terpilih, dengan tukang becak di alun-alun brebes adalah pendidikan. Pendidikan telah membuat sampeyan naik kelas. Mungkin ada diantara sampeyan yang berasal dari keluarga kere. Tapi karena orang tua sampeyan sadar, dan sampeyannya juga sregep, maka sampeyan naik kelas. Nggak seperti orang tua sampeyan. Pendidikan (apapun bentuknya) diyakini telah menjadi pilihan umun bagi manusia untk meningkatkan kualitas dirinya. Dan kualitas diri itulah yang akan menentukan seseorang akan berhasil atau akan terjungkal. Tentu ada faktor lain.., yakni nasib, atau ketentuan tuhan.

Nah..., sampeyan yang ada di dewan..., apapun komisinya nanti.., urusan yang akan sampeyan kelola tidak akan jauh-jauh dari 5 urusan itu. Lain-lain dari pada itu hanyalah cengkunek-cengkunek . Misalnya urusan loby-loby dengan eksekutif, loby-loby antar fraksi, antar komisi, menghadapi ’serangan dari LSM’, menghadapi ancaman KPK, atau ada jaksa yang jail itu semua cengkunek-cengkunek (hal-hal remeh temeh yang kadang merepotkan). Tapi main bussiness (urusan utama ) sampeyan adalah: mengelola ke lima hal terseut diatas agar tersedia secara optimal bagi rakyat. Tentu bukan tanggung jawab samyena untk menyediakan ke lima hal tersebut. Tapi tugas utama sampeyan dalam konteks ini adalah merumuskan tata aturan, melalui perda-perda, dan persetujuan- persetujuan terhdapa keputusan eksekutif yang mengatur kelima hal tersebut.

Kalo mau di terjemahkan secara explisit, misalnya: Anda tidak punya tanggungjawab untuk menjadi kontraktor yang akan membangun gedung, jembatan, jalan dan ll. Tapi kewajiban anda adalah bagaimana membuat aturan-aturan agar ketika pemerintah daerah dan stakeholder lainnya bisa membangun jembatan, gedung, jalan yang berkualitas baik bagi masyarakat.

Atau anda (sebagai angggota dewan) memberikan uang kepada kelompok masyarkat agar masyarakat itu bisa membangun WC umum. Tapi kalo anda mau bersedakah ya monggo saja... asal yang disedekahkan adalah uang anda sendiri. Bukan uang APBD/N.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home